Anakku ranking ke-23 ...
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
بسم الله و الحمد لله اللهم صلى على سيدنا محمد و على أله و صحبه أجمعين
Salam Sahabat
Di kelasnya ada 23 orang murid,
setiap kenaikan kelas, anak perempuanku selalu mendapat ranking ke-23. Lambat
laun ia dijuluki dengan panggilan nomor ini. Sebagai orangtua, kami merasa
panggilan ini kurang enak didengar, namun anehnya anak kami tidak merasa
keberatan dengan panggilan ini.
Pada sebuah acara keluarga
besar,kami berkumpul bersama di sebuah restoran. Topik pembicaraan semua orang
adalah tentang jagoan mereka masing-masing. Anak-anak ditanya apa cita-cita
mereka kalau sudah besar? Ada yang menjawab jadi dokter, pilot, arsitek bahkan
presiden. Semua orang pun bertepuk tangan. Tapi anak perempuan kami terlihat
sangat sibuk membantu anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat
kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya.
Didesak orang banyak,akhirnya dia
menjawab ,,, "Saat aku dewasa,cita-citaku yang pertama adalah menjadi
seorang guru TK, memandu anak-anak menyanyi,menari lalu bermain-main".
Demi menunjukkan kesopanan,semua
orang tetap memberikan pujian,kemudian menanyakan apa cita-citanya yang kedua.
Dia pun menjawab ,,,
"Saya ingin menjadi seorang
ibu,mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan
cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat
bintang."
Semua sanak keluarga saling
pandang tanpa tahu harus berkata apa. Nampak raut muka isteriku pun terlihat
canggung sekali. Sepulangnya kami kembali ke rumah, isteriku mengeluhkan ke
padaku, apakah aku akan membiarkan anak perempuan kami kelak hanya menjadi
seorang guru TK?
Anak kami sangat penurut,dia
tidak lagi membaca komik, tidak lagi membuat origami, tidak lagi banyak
bermain. Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia ikut les belajar sambung
menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan terus tanpa henti.
Sampai akhirnya tubuh kecilnya tidak bisa bertahan lagi terserang flu berat dan
radang paru-paru. Akan tetapi hasil ujian semesternya membuat kami tidak tahu
mau tertawa atau menangis, tetap saja rangking 23. Kami memang sangat sayang
pada anak kami ini,namun kami sungguh tidak memahami akan nilai disekolahnya.
Pada suatu minggu,teman-teman
sekantor mengajak pergi rekreasi bersama. Semua orang membawa serta keluarga
mereka. Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa,ada anak yang bernyanyi,ada juga
yang memperagakan kebolehannya. Anak kami tidak punya keahlian khusus, hanya
terus bertepuk tangan dengan sangat gembira. Dia seringkali lari ke belakang untuk
mengawasi bahan makanan, merapikan kembali kotak makanan yang terlihat sedikit
miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap wadah sayuran yang
meluap ke luar. Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.
Ketika makan, ada satu kejadian
tak terduga. Dua orang anak lelaki teman kami, satunya si jenius matematika,
satunya lagi ahli bahasa Inggris berebut sebuah kue. Tiada seorang pun yang mau
melepaskannya, juga tidak mau saling membaginya. Para orang tua membujuk
mereka,namun tak berhasil. Terakhir anak kamilah yang berhasil melerainya
dengan merayu mereka untuk berdamai.
Ketika pulang, jalanan macet.
Anak-anak mulai terlihat gelisah. Anakku membuat guyonan dan terus membuat
orang-orang semobil tertawa tanpa henti. Tangannya juga tidak pernah berhenti,
dia mengguntingkan berbagai bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat
makanan. Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang mendapatkan guntingan
kertas berbentuk hewan masing-masing, dan mereka terlihat begitu gembira.
Selepas ujian semester, aku
menerima telpon dari wali kelas anakku. Pertama-tama mendapatkan kabar kalau
rangking sekolah anakku tetap 23. Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang
terjadi. Hal yang pertama kali ditemukannya selama lebih dari 30 tahun mengajar.
Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan. Dalam soal itu tertera: SIAPA
TEMAN SEKELAS YANG PALING KAMU KAGUMI DAN APA ALASANNYA?
Dan jawaban dari semua teman
sekelasnya sama, tak ada satu pun yang beda. Mereka serentak menuliskan nama
anakku.
Mereka bilang karena anakku
sangat senang membantu orang, selalu memberi semangat, selalu menghibur, selalu
enak diajak berteman, dan banyak lagi.
Si wali kelas memberi pujian ,,,
"Anak bapak ini kalau bertingkah laku terhadap orang,benar-benar nomor
satu".
Tak berselang lama aku mencandai
anakku dan berkata padanya ,,, "Suatu saat kamu akan jadi pahlawan".
Anakku yang sedang merajut
selendang leher tiba-tiba menjawab ,,, "Bu guru pernah mengatakan sebuah
pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi
jalan."
Dia lalu melanjutkan ,,,
"Ayah... Aku tidak mau jadi pahlawan. Aku mau jadi orang yang bertepuk
tangan di tepi jalan saja."
Aku terkejut mendengarnya. Dalam
hatiku pun terasa hangat seketika. Seketika hatiku tergugah oleh anak
perempuanku. Di dunia ini banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi seorang
pahlawan, jadi orang-orang hebat, atau orang terkenal. Namun anakku memilih
untuk menjadi orang yang tidak 'terlihat'. Seperti akar sebuah tanaman,tidak
terlihat, tapi dialah yang mengokohkan, dialah yang memberi makan dan dialah
yang memelihara kehidupan yang lain.
~
~ ~
Sahabatku,,,
Hidup itu bukan semata-mata untuk
menunjukan siapa yang paling penting,siapa yang paling berperan,atau siapa yang
paling hebat,tapi sederhana saja,siapa yang paling bermanfaat bagi yang lain.
(Dikutip dari beberapa sumber)
Demikian sedikit tulisan mengenai
ranking anak yang berjudul "Anakku ranking ke-23 ...". Semoga
bermanfaat.. Terimakasih atas
kunjungannya, mohon doa' agar blog ini terus berkembang dan berguna bagi semua
orang. Memberi manfa'at dunia dan akhirat.
Sumber:
https://www.hanapibani.com/2019/06/anakku-ranking-ke-23.html
Konten adalah milik dan
hak cipta hanapibani.com