ARTIKEL PPG
ARTIKEL PPG
Mengatasi malas
belajar dengan metode Group Investigation dalam pembelajaran
1. Sebagian
peserta didik adalah anak- anak yang juga santri di pondok pesantren, terkadang
proses pembelajaran sampai malam, belum lagi untuk mengurusi keperluan pribadi
harus dilakukan secara mandiri, dan ketika
pagi hingga siang hari mulai dengan pembelajaran di sekolah/ madrasah
suasana ngantuk selalu membayangi.
2.
Sebagian
peserta didik adalah anak- anak yang hidup di lingkungan pesisir pantai, orang
tuanya bekerja sebagai nelayan, seperti kita ketahui bahwa karakteristik
masyarakat di lingkungan pesisir kurang memperhatikan masalah pendidikan
anak-anaknya, sehingga anak-anak kurang ada kontrol dan pengawasan dari orang
tua,begadang sampai larut malam kumpul-kumpul dan tongkrongan dengan orang dewasa
dampaknya kalau berangkat ke sekolah selalu terlambat . Ada juga anak-anak usia
sekolah yang membantu orang tua bekerja mencari ikan, dan kalau anak sudah bisa
bekerja mendapat uang maka motivasi untuk belajar dengan baik sangat sulit sekali.
3.
Sebagian
peserta didik adalah anak dari keluarga brokenhome
ditinggal orang tuanya bekerja menjadi TKI di luar negeri, dan anak hidup
bersama kakek/nenek sehingga secara psikologis anak kurang mendapat perhatian dari orang tua. Bahkan yang lebih parah
ada anak tidak tahu siapa orang tuanya, wajahnya seperti apa kadang juga tidak
tahu karena sejak di tinggal kerja ke luar negeri anak masih kecil dan diasuh
oleh neneknya atau saudaranya sedangkan orang tuanya tidak tau dimana
keberadaanya masih hidup atau sudah meninggal (putus komunikasi).
4. Sebagian pendidik/guru masih menggunakan metode pembelajaran Teacher Center Learning yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dengan model ceramah membuat peserta didik malas dan bosan untuk mengikuti pembelajaran.
Peran Guru/Pendidik
Peran Pendidik dalam hal ini seorang guru sangat penting
dan strategis dalam menghadapi kondisi permasalahan seperti tersebut di atas
karena pendidik bisa berperan menjadi orang tua kedua setelah orang tua
aslinya.
Bagi peserta didik yang jauh dari orang tuanya maka tugas dan tanggung jawab guru adalah mengayomi dan memberikan kasih sayang (kasih sayang antara anak dan orang tua) serta mendidik dan memperlakukannya seperti anaknya sendiri, sedangkan peserta didik yang masih punya dan dekat dengan orang tua maka guru bisa menjadi orang tua kedua ketika berada di lingkungan sekolah/madrasah.
Yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan adalah Pendidik/Guru dituntut menguasai berbagai macam metode pembelajaran (learning method) . Apalagi dengan peserta didik yang memiliki permasalahan dan kondisi sosial budaya yang berbeda. Bahkan dapat dikatakan proses pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa suatu metode. Secara implementatif metode pembelajaran dilaksanakan sebagai teknik, yaitu pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai tujuan. Karena itulah guru dituntut menguasai berbagai metode dalam rangka memproses pembelajaran inovatif, efektif, efisien, menyenangkan dan tercapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan.
Prinsip umum penggunaan metode pembelajaran adalah bahwa tidak semua metode pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran. Semua metode pembelajaran memiliki kekhasan sendiri- sendiri dan relevan dengan tujuan pembelajaran tertentu namun tidak cocok untuk tujuan dan keadaan yang lain. Dengan kata lain semua metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Guru sebagai agency of change harus mampu memilih metode yang tepat sesuai dengan tujuan dan keadaan pembelajaran.
Untuk melakukan semua itu guru tidak bisa bekerja sendiri harus melibatkan stakeholder, antara lain yaitu :
1.
Yayasan/Lembaga
yang menaungi satuan pendidikan.
2.
Kepala Madrasah
3.
Komite Madrasah
4.
Teman sejawat
5.
Masyarakat di
lingkungan madrasah
6. Orang tua/ wali peserta didik
Tantangan yang lain adalah keterbatasan sarana prasarana penunjang pembelajaran terutama masalah peralatan teknologi dan kemampuan sumber daya manusia untuk mengoperasikan perangkat teknologi. Padahal untuk pembelajaran di abad 21 sarana teknologi menjadi perangkat yang krusial dalam menunjang proses pembelajaran.
Langkah-langkah Aksi :
Langkah pertama yang kami lakukan adalah mengubah orientasi pembelajaran dari Teacher Centered Learning ke Student Centered Learning yakni pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru/pendidik menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik/ siswa. Langkah ini kami lakukan karena SCL menekankan proses pembelajaran pada perubahan tingkah laku peserta didik itu sendiri dan mengalami langsung bagaimana membentuk konsep belajar dan memahami. Ada beberapa karakteristik metode pembelajaran SCL diantaranya yaitu :
1. Peserta didik belajar secara individu atau kelompok untuk membangun pengetahuan dengan cara mencari dan menggali sendiri informasi dan teknologi yang dibutuhkan secara aktif tidak hanya asal menerima pengetahuan secara pasif.
2. Pendidik/guru membantu peserta didik mengakses informasi, menata, dan mentransfernya guna menemukan solusi terhadap permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Dua poin inilah yang kami gunakan sebagai pedoman dalam Praktik Pembelajaran Lapangan (PPL 2) yakni pada fase D dengan elemen Bhinneka Tunggal Ika. Dengan metode pembelajaran diskusi kelompok, topik yang dibahas adalah Faktor- faktor penyebab keberagaman masyarakat di Indonesia.
Pada pembelajaran sesi 1 yang dilakukan secara daring (g.meet) ini peserta didik mencari dan menggali informasi via internet terkait materi yang akan didiskusikan yaitu menggali informasi untuk menemukan faktor- faktor penyebab keberagaman masyarakat Indonesia.
Pada pembelajaran sesi 2 peserta didik melakukan diskusi kelompok dengan moda luring/ tatap muka.
Pada fase ini kami menggunakan metode pembelajaran Group Investigation. Dalam metode GI ini guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan antara 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen (Trianto, 2007).
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation ini menurut (Kiaranawati, 2007) dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Ada 4 subtopik yang dikemukakan yaitu : Faktor penyebab keberagaman di lihat dari kondisi alam, kondisi iklim, kondisi sosial budaya, dan kondisi sejarah.
b. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang dipilih dari langkah- langkah diatas.
c. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah (b).
d. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada langkah (c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa di dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Refleksi dan dampak
Di dalam pemanfaatannya dan penggunaannya dengan metode group investigation ini juga mempunyai kelemahan dan kelebihan yakni sebagai berikut :
Kelebihan metode pembelajaran group investigation :
1.
Pembelajaran
dengan kooperative model group
investigation memiliki dampak positif meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
2.
Penerapan
metode pembelajaran kooperatif model group
investigation mempunyai pengaruh positif yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3.
Pembelajaran
yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar
peserta didik dalam kelompok tanpa memandang
latar belakang.
4.
Model
pembelajaran group investigation melatih
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan
pendapatnya.
5. Memotivasi dan mendorong peserta didik agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.Kekurangan metode pembelajaran group investigation:
Metode pembelajaran
group investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk
dilaksanakan dalam pembelajaran yang membutuhkan sikap kooperatif dari semua
peserta didik. Kemudian metode pembelajaran group
investigation juga membutuhkan waktu yang lama.
Metode pembelajaran group investigation ini sangat efektif
untuk dilakukan terutama dalam mengatasi permasalahan kurangnya motivasi dan
semangat belajar peserta didik. Apalagi model pembelajaran seperti ini membutuhkan
keaktifan dari semua siswa/peserta didik. Pendidik / guru hanya sebagai
fasilitator yang mendampingi dan mengarahkan ketika proses pembelajaran
berlangsung.
(*) Penulis adalah Mahasiswa PPG Daljab Batch 3 Kemenag di UMM Malang, Mengajar di MTs NU 03 Al Hidayah Kendal